Kaget
Sofi perempuan ramah berparas manis dan sederhana. Ibu dari 3 orang anak laki-laki dan istri dari seorang pegawai swasta yang bernama Winarko, dengan ijin suaminya ia mengajar di sebuah yayasan bimbingan belajar untuk anak Sekolah Dasar.
Keluarga yang sederhana penuh kebahagiaan. Sofi bersyukur sekali dengan keluarga kecilnya. Sabtu sore yang cerah seperti biasa semua keluarga berkumpul karena Winarko dan Sofi bekerja sampai hari Jumat.
"Bu, ada yang mengajak ayah untuk berjualan," sambil menyeruput teh tubruk kesukaannya.
"Siapa? Jualan apa?" Sofi bertanya tanpa jeda.
"Temen kerja ayah, jualan baju di pinggir jalan, jualannya hari sabtu dan minggu pagi jadi tidak mengganggu kerja ayah." Winarko menerangkan dengan jelas.
"Ya ... kalau tidak membuat ayah capek, ibu sih terserah ayah." Jawab Sofi
Satu tahun berlalu kehidupan Sofi berjalan lancar apalagi dengan Winarko berjualan, kebutuhan rumah tangganya terpenuhi dengan baik.
Hari itu seperti biasa Winarko dan Sofi sama-sama berangkat dengan aktifitasnya masing-masing, sedangkan anak-anak berangkat sekolah yang tidak jauh dari tempat tinggal mereka. Anak-anak Sofi dan Winarko memang sudah besar-besar yang paling kecil saja sudah kelas 5 Sekolah Dasar.
Seperti biasa sepulang Bimbel Sofi memasak untuk keluarganya, tiba-tiba "tok-tok, Assalamualaikum .... " Terdengar suara orang bertamu.
Segera Sofi menuju pintu dengan mematikan kompor terlebih dahulu "Wa alaikum Salam ... Mas Eko!" Begitu Sofi menyebut teman Winarko dengan sedikit heran.
"Ibu harus ikut dengan saya ada hal yang ingin dibicarakan, sebentar saja" Dengan memaksa, tanpa bisa Sofi tolak.
Sejak Winarko ikut berjualan dengan Eko, keluarga Eko memang dekat dengan Sofi, dua keluarga itu sudah seperti saudara.
Betul saja semua sudah berkumpul, "Ada syukuran ya ... aduuuh ini sih surprise." Ucap Sofi dengan senyumnya yang manis
Langsung saja Sofi masuk "Assalamualaikum ... eh, ada bapak" sedikit Sofi kaget karena suaminya pun sudah ada disitu, ia duduk disamping suaminya.
"Sekarang sudah berkumpul, jadi saya akan memberitahukan sama ibu, berat dan malu bagi saya untuk memberitahukan hal ini mengingat ibu begitu baik sekali, tapi .... " kata-katanya terhenti untuk menghela napas panjang.
Sofi yang sedari tadi menyimak makin tidak mengerti apa yang akan dibicarakan "Apakah itu menyangkut kerjasama perdagangannya dengan suami saya?" Bisik Sofi dalam hatinya.
"Suami ibu ada main dengan adik saya (Wati), hubungan yang sudah berlangsung lama, mereka ketahuan sedang berdua hari ini ...." kata Eko dengan nada kesal dan marah.
Kakak Wati yang pertama ikut berbicara pada saat itu "Saya ... kalau melihat bapak kerumah lagi, akan saya usir bapak!" Dengan nada tinggi.
Banyak yang Eko katakan saat itu dengan nada emosi, tapi tak satupun yang Sofi dengar karena seketika terasa waktu terhenti Sofi terdiam, hanya dua kata yang terlontar dari mulut Sofi
"Kita pulang .... "
Pulanglah Sofi dan suaminya, sepanjang jalan mereka terdiam, sepanjang jalan pula air mata Sofi tidak berhenti keluar. Sesampainya dirumah mereka masuk kedalam kamar karena ada anak-anak.
"Aku minta maaf, benar-benar minta maaf, terserah ibu akan bagaimana .... " Ujar Winarko membuka pembicaraan.
"Ibu tahu ibu banyak kekurangan, tidak salah kalau bapak mencari yang lebih baik .... " jawaban dari Sofi, tidak bisa dilanjutkan karena menahan tangis.
"Aku tidak berniat untuk mengkhianati ibu, itu semua terjadi tanpa diduga, dia memang sering curhat tentang bapaknya yang menikah lagi, saat itu aku hanya menenangkan dia" keterangannya seolah membela diri.
"Istirahatlah, besok harus bekerja, saya pun ada tes wawancara untuk menjadi guru SD" Jawab Sofi sambil tidur membelakangi seolah tak igin melihat wajah Winarko.
"Saya minta maaf bu.." Winarko mengulang ucapan itu
"Ya..." jawaban Sofi singkat.
Di depan anak-anak Sofi seolah-olah tidak terjadi apa-apa. Sofi memang pandai menyembunyikan perasaan, ia tetap tersenyum dan melakukan aktifitasnya seperti biasa.
Bersambung .....
BalasHapusLuar biasa Sofi, mau mengakui kekurangan dirilah yg menyebabkan suaminya main perempuan. Btw bgmn akhir ceritanya? Suaminya menikahi Wati?
Kita pulang...
BalasHapusDari situ saja sudah terlihat ketenanganya, ditambah lagi pengendalian diri saat di kamar.
Kata-kata "Ibu tahu ibu banyak kekurangan, tidak salah kalau bapak mencari yang lebih baik .... " menambah ketenangan Sofi.
Ditunggu cerita selanjutnya
Enggak sabar nunggu kelanjutannya. Semangat menulis sambungannya, Bu!
BalasHapus