11/18/2020

Law of Projection and expectation

DAFTAR ISI [Buka]


Alihkan Fokus

Ada nasib yang tidak bisa  berubah seperti kematian, jodoh dan rezeki, namun ada pula yang bisa kita usahakan yaitu salah satunya Ekspektasi.

Doa, usaha dan tawakkal dengan ijin Allah semua akan terwujud. Maka pikirkanlah fokus untuk meraihnya sehingga apa yang ingin kita wujudkan menjadi kenyataan.

Om Jay beserta team memberikan jalan untuk mewujudkan ekspektasi kita melalui pelatihan ini. 

Semoga Beliau diberikan kesembuhan dan kesehatan tanpa meninggalkan sakit yang lain. Aamiin.

Bunda Aam sebagai moderator mempersilahkan narasumber untuk berbagi pengalaman hebatnya dalam mewujudkan ekspekatasi.

 Ibu Jamila K. Baderan, M.Pd.
Beliau adalah salah satu guru di SDN No.30 Kota Gorantalo, Provinsi Gorontalo.
Berikut profil singkat beliau: 

Berikut profil singkat beliau: https://encikmila.blogspot.com/2020/11/profil.html.



"Assalamu alaikum wr wb dan salam kenal. Terima kasih Om Jay atas kesempatan sharing pengalaman yang diberikan kepada saya bersama bapak ibu yang  sangat luar biasa di grup menulis gelombang 16. 

Terima kasih juga untuk Bu Aam Nurhasanah, moderator hebat kita malam ini. Semoga Om Jay lekas sembuh. Amiin YRA".  Begitu beliau menyapa kami peserta pelatihan.

Ekspektasi  dan Usaha 

Narasumber menyampaikan: 

Salah satu bentuk pengembangan diri dan mengeksplore kompetensi kita adalah dengan cara bergabung dalam satu komunitas positif, seperti WA Grup Belajar Menulis.

Bukan tanpa alasan, tentunya setiap kita yang bergabung disini punya harapan yang ingin dicapai. 

Malam ini beliau mengambil tema tentang : Mengubah Ekspektasi Menjadi Prestasi




Ekspektasi tak seindah kenyataan, tidak selalu sama dengan realita, begitu beliau tuturkan. 

Kondisi tersebut kemudian menjadi inspirasi sehingga dapat menuliskan buku ke-2 yang beliau terbitkan pada tahun 2019.

Betul seperti apa yang disampaikan narasumber bahwa dalam hal menulis, harapan terbesar kita adalah mampu merangkai kata-kata menjadi sebuah paragraf menarik yang terus berangkai menjadi bab demi bab hingga akhirnya menjadi sebuah buku. 

Sekilas, menulis adalah hal yang sangat mudah. 

Bukankah kita sudah sering menulis sejak kecil? Tutur beliau. 

Tetapi, beliau menyampaikan, ketika kemampuan menulis tersebut disandingkan dengan ekspektasi sebuah karya yang bernilai bagi orang lain muncullah masalah besar. Diantaranya :

1. Bagaimana memulai sebuah tulisan?
2. Apa ide/topik yang harus kita tulis?
3. Apakah tulisan saya menarik?, dls.

Ketika suatu hal ingin kita wujudkan, disitulah realita bermain. 

Butuh proses untuk berjuang. Banyak hambatan yang mengiringi baik yang datang dalam diri sendiri maupun dari lingkungan kita.

Narasumber menyampaikan bahwa sebenarnya, tantangan menulis terbesar itu ada pada diri kita sendiri. Yaitu mood dan kemauan alias niat. Oleh karena itu untuk mengubah ekspektasi menjadi prestasi kita harus berubah. 

Ada 2 hal penting yang harus kita ubah, yaitu mindset dan passion. 

Mindset adalah cara pikir tentang sesuatu yang dapat mempengaruhi sikap dan tindakan kita. Sementara passion adalah sesuatu yang membuat kita tidak pernah merasa bosan.

Kedua hal ini di bahas secara detail dalam buku beliau yang ketiga, hasil kolaborasi bersama Prof. Eko Indrajit di terima dan diterbitkan oleh Penerbit Andi.

Tantangan besar untuk saya, apa saya bisa seperti narasumber? Yang begitu gigih dalam mewujudkan ekspektasi. 

Beliau berjuang membangun tekad  dan keyakinan yang kuat untuk mencapai realitas. 
Terkadang beliau juga harus nekat mengambil keputusan yang jika dipikir dengan akal sehat pencapaiannya sangat mustahil. 

Beliau selalu berusaha konsisten terhadap ekspektasi yang sudah susah payah  beliau bangun. Pantang mundur jika kaki sudah melangkah. 

Luar biasa narasumber ini....

Terbakar sudah semangat saya untuk mewujudkan impian, low of projection dari kata ini mungkin akan saya mulai.

Pengalaman Narasumber

Beliau berbagi cerita, saat menerima tantangan Prof. Eko untuk menulis buku dalam seminggu, ada sejuta keraguan yang menyelimuti hati dan pikiran beliau. 

Berbagai pemikiran negatif menghantui, namun berkat kenekatan, dibarengi niat, tekad, serta konsistensi yang kuat akhirnya ekspektasi beliau berubah menjadi sebuah prestasi. 

Saat Pak Joko mengumumkan bahwa tulisan beliau lolos tanpa revisi, beliau seolah tak percaya.

Tidak pernah menyangka bahwa tulisannya yang menurut penilaian beliau hanyalah tulisan biasa saja ternyata memiliki takdir luar biasa.

Dari pengalaman ini beliau belajar beberapa hal dalam menulis:

Tulislah apa yang ingin kita tulis. Menulislah apa adanya, tanpa beban, dan tekanan.
Jadikan menulis sebagai suatu kebutuhan. Menulislah hingga tuntas, jangan memikirkan editing. Menulis jangan terlalu lama. Jangan memikirkan baik buruknya tulisan kita, karena yang akan menilai adalah pembaca.


Kendala Menulis

Narasumber menyampaikan:

Biasanya, kendala di awal kita menulis adalah bingung mencari ide. Tidak tahu apa yang akan kita tulis. 

Untuk mengatasinya, marilah kita mulai menuliskan hal-hal kecil yang ada di sekitar kita. Mis: tentang hobi memasak, kegiatan sehari-hari, atau tingkah lucu anak-anak kita.

Tuliskan apa saja yang terlintas dalam pikiran. tidak perlu kita memikirkan tata bahasa, ejaan dan lain ssebagainya. Setiap kalimat yang terlintas segera di tulis. 

Beliau biasanya menulis di HP. kadang saat tidak pegang HP,  menuliskan di benda apa saja yang beliau temui. Pernah beliau nulisnya di telapak tangan, pernah juga di paha.

Hal yang paling sulit untuk memenuhi ekspektasi menulis adalah ketika kita tidak punya hobi menulis. Kata orang hanya "Iseng-iseng" atau ikut-ikutan. (persis saya banget ini ibu....)

Tidak masalah, jika kita tidak memiliki hobi, bukankah rasa iseng jika terus dilatih bisa menjadi suatu keterampilan? (Alhamdulillah jawaban yang melegakan dari narasumber).

Beliau menyampaikan kalau beliau termasuk orang yang menulis tergantung mood. Itu sangat berat beliau rasakan ketika menerima tantangan Prof. Eko.  Rasanya bulan dan matahari berpindah tempat. 

Disaat seperti itulah beliau menguatkan tekad dan niat untuk mencapai realitas.
Jadi, menulis itu adalah sebuah perjuangan untuk melawan semua tantangan yang menggoyahkan niat. Mantap....

TUNTAS

Hal yang menjadi fokus narasumber dalam menulis adalah kata TUNTAS.

Menulislah hingga tuntas. Jangan sering menengok halaman yang sudah kita tulis, karena itu merupakan salah satu godaan yang membuat kita berpikir 1.000 kali tentang apa yang sudah kita tulis. kita akan berpikir untuk edit dan edit lagi. akhirnya tulisan kita tidak tuntas.

Penutup
Sebagai kesimpulan beliau menyampaikan : 

Menulis merupakan suatu tantangan antara harapan dan kenyataan. Ekspektasi dalam menulis harus terus kita perjuangkan dengan niat, tekad, nekad dan konsisten. 

Realitas berupa prestasi adalah buah dari perjuangan. Maka berjuanglah menuntaskan karyamu, agar jejak yang ditinggal bermanfaat bagi generasi setelah kita. 

Salam Literasi!



Jauh Aku memandang...
 Akankah kabut itu menyingkir berganti Ekspektasi
menjadi Prestasi...


bm

Dikatakan sukses seorang ibu apabila sudah bisa menghantarkan anaknya kepada Islam yang kaffah.

7 Comments

Mohon berikan komentar yang dengan menggunakan bahasa yang sopan dan sesuai dengan topik yang dibahas.

  1. Semakin baguuusss bgt bu nung

    BalasHapus
  2. Wiih tambah keren tulisannya...
    But be careful please: low atau law ?
    Semangat terus ya say...

    BalasHapus
    Balasan
    1. Law Ambu...analogi dari kehidupan antara laptop proyektor dan layar. Laptop ibarat perasaan, pikiran kita mengirim sinyal ke otak kita, kemudian memproyeksikan ke layar. Layar inilah yang nantinya menjadi nasib.
      kira-kira seperti itulah Ambu artinya...hehe

      Hapus
  3. Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.

    BalasHapus
  4. Wah mantap tulisannya, bagus pemilihan diksinya. Sangat menginspirasi. Keep spirit to write. 👍

    BalasHapus
avatar
Admin Noeng Blog Online
Welcome to Noeng Blog blog